(021)-559-0447 secretariat@apg.or.id

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mulai menutup penerbangan dari dan ke China sejak, Rabu (5/2). Garuda Indonesia tercatat memiliki frekuensi penerbangan ke China (pergi-pulang) sebanyak 7 rute dengan total 40 perjalanan setiap pekan.

Saat ini Garuda tengah mengkaji kemungkinan pengalihan rute dari dan menuju China ke destinasi-destinasi potensial di dalam maupun luar negeri.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya akan akan mengkaji kemungkinan pengalihan rute dari dan menuju China ke destinasi-destinasi potensial di dalam maupun luar negeri dengan menambah jumlah trayek penerbangan dan juga dengan pengalihan ke rute-rute baru.

“Kami akan mencoba untuk menambah trayek entah yang ke Surabaya misalnya atau Australia, dan lain-lain. Tapi tentu saja dengan izin perhubungan. Yang kedua tentu saja pengalihan ke rute-rute baru ini kami sedang investigasi. Ada yang usulkan India, Turki, dan lain-lain. Kami sedang lihat karena analisanya panjang. Kami tidak ingin membuka tapi dua tiga hari di tutup kembali. Kami sedang berkoordinasi secara intensif dengan Kementerian Pariwisata untuk mencari ceruk pasar yang potensial. Karena sebetulnya menurut kami semuanya potensial,” ujar Irfan dikutip dari kontan.co.id Kamis (06/2).

Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kerugian akibat penutupan penerbangan ke Negeri Tirai Bambu pasca-mewabahnya virus 2019-nCoV atau virus corona.

Sebelumnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan penundaan sementara layanan penerbangan dari dan menuju China yang mulai diberlakukan pada Rabu, (05/2/2020) Pukul 00.00 hingga waktu yang akan ditentukan lebih lanjut.