(021)-559-0447 secretariat@apg.or.id

Emiten maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah mengantongi komitmen standby letter of credit(SBLC) senilai total up to US$600 juta dari dua bank yaitu BNI dan BRI.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan bahwa fasilitas SBLC yang didapat perseroan dari dua bank milik negara tersebut akan memberikan ruang pada ketatnya neraca keuangan perusahaan.

“Dengan SBLC tersebut kami dapat menarik kembali dana maintenance reserve dari lessor dan digantikan dengan fasilitas tersebut. Nanti SBLC akan memberikan jaminan kepada lessor untuk maintenance,” ungkap Fuad, Kamis (25/10).

Fuad, seperti dilansir bisnis.com menyampaikan fasilitas standby credit tersebut akan memudahkan perseroan karena sebelumnya, emiten dengan sandi GIAA tersebut harus menyicil secara cash pada pihak lessor sesuai kontrak antara keduanya.

“Dengan melakukan skema ini, GIAA akan memperbaiki struktur balance sheet dan menambah likuiditas, sekaligus membawa masuk devisa dalam USD,” kata Fuad. Adapun, perseroan mengantongi komitmen SBLC masing-masing sebesar US$200 juta dari BRI dan US$400 juta dari BNI.

Simultan dengan implementasi SBLC tersebut, Fuad menyebut perseroan juga terus melakukan renegosiasi kontrak untuk perpanjangan masa sewa pesawat, sekaligus mendapatkan biaya sewa per bulan yang lebih rendah.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, GIAA menggelontorkan biaya untuk perawatan pesawat atau maintenance sebesar US$208,6 juta pada semester I/2018, atau meningkat 9,9% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (yoy).

Porsi belanja maintenance GIAA tersebut mencapai 10% dari total expense perseroan pada periode tersebut. Pengeluaran terbesar perseroan adalah untuk bahan bakar yang mencapai 30,3% dan leasing yaitu sebesar 24,54% dari total biaya yang dikeluarkan GIAA.