(021)-559-0447 secretariat@apg.or.id

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan kerugian bersih sebesar US$ 114,08 juta pada periode Januari-September 2018. Kerugian tersebut turun sebesar 48,62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 222,04 juta

Sebelumnya, Direktur Utama GIAA Ari Askhara mengatakan bahwa saat ini Garuda Indonesia memang sedang fokus menekan kerugian menjadi di bawah US$ 50 juta pada akhir tahun ini. Dia pun optimistis target tersebut akan tercapai.

Mengutip laman Kontan.co.id, penurunan kerugian ini terutama berasal dari pertumbuhan yang mencapai 3,43% menjadi US$ 3,21 miliar.

Sementara itu, dari total pendapatan, penerbangan berjadwal masih memberikan kontribusi terbesar terhadap GIAA yakni US$ 2,56 miliar. Penerbangan tidak berjadwal menyumbang sekitar US$ 254,75 juta. Garuda Indonesia memperoleh pendapatan dari pendapatan lainnya sebesar US$ 397,96 juta.

Beban operasional penerbangan meningkat 8,6% menjadi US$ 2,02 miliar dari sebelumnya US$ 1,86 miliar. Total beban usaha meningkat 3,6% GIAA hingga akhir September US$ menjadi 3,35 milliar.

Untungnya, Garuda meraup keuntungan kurs hingga US$ 52,35 juta, meningkat 226% dari tahun lalu sebesar US$ 16,04 juta. Keuntungan kurs ini terjadi karena Garuda melaporkan kinerja dalam mata uang dollar AS.

Tingginya beban masih menyebabkan emiten penerbangan ini mencatat kerugian usaha US$ 70,82 juta. Kerugian usaha ini menurun 35,16% ketimbang tahun lalu sebesar US$ 109,22 juta.

Meski ada perbaikan kinerja, Garuda masih memiliki utang besar. Utang bank jangka pendek Garuda Indonesia mencapai US$ 965,02 juta, naik 11,13% dari akhir Desember 2017 yang sebesar US$ 868,38 juta. Asal tahu, utang bank jangka pendek merupakan utang bank yang jatuh tempo dalam waktu setahun ke depan.